Asuhan Persalinan Normal

Diposting oleh PERPUSTAKAAN ONLINE KEBIDANAN

A.   Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dari uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan, melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uteris ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (selama 37 minggu) tanpa disertai penyulit.

B.   Jenis Persalinan
1.     Menurut cara persalinan
  • Partus biasa (normal) disebut juga dengan partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada presentasi belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umurnya berlangsung kurang dari 24 jam.
  • Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
2.     Menurut tua (umur) kehamilan
  • Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable), berat janin dibawah 1000 gram, tua kehamilan dibawah 28 minggu.
  • Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature, berat janin antara 1000-2500 gram.
  • Partus matures atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat diatas 4000 gram.
  • Partus post matures (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut post matur.
  • Partus presitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi, diatas becak dan sebagainya.
  • Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidak

C.   Penyebab
1.     Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja sebagai penenang otot-oto polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah, sehingga nis bila kadar progesterone turun.
2.     Teori plasenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3.     Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan liskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.
4.     Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks ganguone servilane (heksus frankenhauser) bila gangguan ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan menimbulkan kontraksi uterus.
5.     Induksi partus (induction of labour) partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan:
  • Gagang laminana : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
  • Amniotomi      : pemecahan selaput ketuban.
  • Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

D.   Tanda
1.     Tanda-tanda permulaan persalinan
  • Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravinda, pada multipara tidak begitu kentara.
  • Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
  • Perasaan sering atau susah kenang (palak suria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
  • Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
  • Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan seklesinya bertambah bias bercampur darah (body show).
2.     Tanda-tanda infartu
  • Rasa sakit oleh his yang dating lebih berat, sering dan teratur.
  • Keluar lender campur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
  • Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
  • Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
3.     Tanda-tanda pasti persalinan
a.  Terjadinya his persalinan yang bersifat:
  • Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan.
  • Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar.
  • Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.
  • Makin beraktivitas (janin) kekuatan makin bertambah.
b.  Pengeluaran lender darah (pembawa tanda) dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan:
  • Pendataran dan pembukaan.
  • Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
  • Terjadi pendarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c.   Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar cairan (ketuban pecah) terjadi menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam 24 jam.
4.     Tanda-tanda tidak pasti persalinan
Adanya his permulaan palsu yang bersifat:
  • Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
  • Datangnya tidak teratur.
  • Tidak ada pembukaan pada serviks atau pembawa tanda.
  • Durasinya pendek.
  • Tidak bertambah jika beraktivitas.

E.    Faktor Penting Dalam Persalinan
1.     Power (kekuatan mendorong janin)
  •   His (kontraksi uterus), merupakan kontraksi dan ralaksasi otot uterus yang bergerak dari fundus ke korpus sampai dengan keserviks secara tidak sadar.
2.     Passanger
  • Janin
  • Plasenta
3.     Passage (jalan lahir)
a.  Jalan lahir keras
Yaitu tulang panggul (os-coxae, os-sacrum/promotorium dan cocygis)
b.  Jalan lahir lunak
Yaitu yang berperan dalam persalinan adalah segmen bawah rahim, servik uteri, dan vagina serta otot-otot jaringan ikat dan legament yang menyokong alat urogental.
4.     Psychology (psikologi)
5.     Physlaan (fisik)
6.     Position (posisi)

F.    Tahapan Persalinan
1.     Kala I (satu)
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga serviks membuka lengkap (10 cm). kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a.  Fase laten pada kala 1 persalinan
  • Dimulai sejak awal berkontraksi, yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
  • Berlangsung hingga serviks membuka kuarng dari 4 cm.
  • Pada umumnya fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 cm.
  • Kontraksi mulai teratur, tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik.
b.  Fase aktif kala 1 persalinan
  • Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap edekuat/memadai jika terjadi 3x atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
  • Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm) akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/jam (primigravida) atau lebih dari 1 cm (multipara).
  • Terjadi penurunan bagian bawah janin.
2.     Kala II (dua)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut dengan kala pengeluaran bayi, proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Gejala dan tanda kala II persalinan:
  • Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
  • Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vaginanya.
  • Perineum menonjol.
  • Vulva dan vagina juga sfingterani membuka.
  • Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
3.     Kala III (tiga)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kala III disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta manajemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah utama:
  • Pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit plasenta setelah bayi lahir.
  • Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
  • Massase fundus uteri
4.     Kala IV (empat)
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 24 jam setelah itu, perlu observasi ketat selama kala IV, karena untuk mencegah pendarahan setelah 2 jam post partum.

G.   Mekanisme Persalinan
1.     Penurunan kepala
Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dan kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.
2.     Penguncian (engagement)
Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.
3.     Fleksi (keadaan menekuk)
Yaitu menempelnya dagu didada janin, dibutuhkan agar kepala lewat panggul dengan diameter kecil.
4.     Putaran paksi dalam
Adalah usaha penyesuaian kepala janin terhadap bidang-bidang panggul, sehingga titik putar (hipokmiklion) berada dibawah tulang kemaluan (simfisis pubis). Oksiput akan memutar kedepan atau belakang (sebagian kecil) sehingga sutura sagitalis dalam posisi anteroposterior (yang lebih panjang).
Putaran paksi dalam selesai apabila bagian terendah janin telah mencapai spira isiadika artinya kepala telah turun.
5.     Ekstensi
Terjadi setelah kepala menyembul dari introitus dengan oksiput dibawah simfisis sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu. Selanjutnya diikuti oleh persalinan belakang kepala, sehingga seluruh kepala janin dapat lahir.
6.     Putaran paksi luar
Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan putaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang sama dengan kepala janin agar terletak dalam diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vulva-vaginal, dimana ia akan bergeser dibawah simfisis pubis.
7.     Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat keatas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan fleksi lateral kearah simfisis pubis, ketika seluruh tubuh keluar persalinan telah selesai.

H.   Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan
1.     Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
2.     Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepala ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
3.     Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4.     Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan khawatir.
5.     Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6.  Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu beserta anggota-anggota keluarganya.
7.   Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayi.
8.   Anjurkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenal cara-cara bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayi.
9.     Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik.
10. Hargai privasi ibu.
11.  Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.
12.  Anjurkan ibu untuk minum dan makan-makanan ringan sepanjang ia menginginkan.
13.  Hargai dan bolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan ibu.
14. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi pencukuran.
15.  Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera mungkin.
16.  Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
17.  Siapkan rencana rujukan bila perlu.
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dengan bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi lahir pada setiap kelahiran bayi.
I.       Asuhan Sayang Ibu Dan Bayi Masa Pasca Persalinan
a.     Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
b.    Bantu ibu untuk memulai membiasakan menyusui dan anjurkan pemberian ASI sesuai dengan permintaan.
c. Anjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayi.
d.  Ajarkan suami dan anggota keluarga tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan.
e.    Ajarkan ibu dan anggota keluarganya tentang gejola dan tanda bahaya yang mungkin. Terjadi dan anjuarkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul masalah atau rasa khawatir.

J.      Penatalaksanaan
1.     Kala I (satu)
Persalinan kala I mempunyai tenggang waktu yang memerlukan pasien dan penolong. Mental penderita perlu disiapkan agar tidak cepat putus asa dalam situasi menunggu disertai sakit perut karena his yang makin lama makin bertambah kuat. Tindakan yang perlu dilakukan.
a.     Memperhatikan kesabaran pasien.
b.  Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur dan pernafasan berkala sekitar 2-3 jam.
c.      Pemeriksaan denyut jantung janin setiap 30 menit sampai 1 jam.
d.     Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong.
e.      Memperhatikan keadaan patologis
  • Meningkatnya lingkaran bandle.
  • Ketuban pecah sebelum waktunya atau disertai bagian janin yang menumbung.
  • Perubahan denyut jantung janin.
  • Pengeluaran mekonium pada letak kepala.
  • Keadaan his yang bersifat patologis.
  • Perubahan posisi atau bagian terendah janin.
f.       Pasien tidak diperkenankan mengeja.
Pada akhir kala pertama dapat terjdi ketuban pecah yang disertai keinginan mengejan, ditandai anus mulai membuka. Berdasarkan keadaan patologis perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan:
  • Pembukaan serviks
  • Pada ketuban pecah diikuti dengan bagian janin menumbung: tali pusat, tangan atau kaki.
  • Menentukan penurunan dan posisi bagian terendah
2.     Kala II (dua)
Proses persalinan dapat berlangsung dengan sendirinya, tetapi setiap saat mungkin terjadi keadaan yang membahayakan, sehingga bantuan untuk memberikan pertolongan yang tepat menuju persalinan normal.
Posisi ibu saat meneran
  • Ibu diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul.
  • Badan ibu dilekukkan, dagu menempel didada, sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
  • His dan mengejan dikerjakan bersamaan, sehingga kekuatannya optimal.
  • Saat mengejan nafas ditarik sedalam mungkin dipertahankan, dengan demikian alafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir.
e.   Bila lelah, dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali untuk digunakan mengejan.
f.       Melakukan observasi:
  • Denyut jantung janin setiap kali his.
  • Kemungkinan terjadinya prolapsus bagian janin.
  • Bagian terendah janin.
Langkah-langkah pertolongan persalinan normal:
a.     Saat kepala diatas dasar panggul dan membuka pintu dengan diameter sebesar 5-6 cm. perineum tipis pada primigravida atau multigravida, dengan perinium kaku dapat dilakukan epsitomi median, midiolateral dan lateral.
b.     Episotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi sakit. Tujuan episiotomy adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga mudah mengait dan melakukan adaptasi.
c.      Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perinium sehingga tidak terjadi robekan baru. Sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk menahan posisi defliksi.
d.     Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion, muka dan hidung dibersihkan dari lendir, kepala dibiarkan untuk melakukan putaran paksi luar guna menyesuaikan OS. Oksiput kearah punggung.
e.      Kepala dipegang dengan kedua tangan menarik curam kearah bawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk melahirkan sisi badan bayi.
f.       Setelah bayi baru lahir seluruhnya, jalan nafas dibersihkan dengan mengisap lendir sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan nyaring, bertanda jalan nafas bebas dari air ketuban.
g.     Pemotongan tali pusat dapat dilakukan:
  • Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah berkembang dengan sempurna.
  • Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya, tandanya bahwa kehamilan cukup bulan (alterm) sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 ee.
  • Pada bayi pemotongan tali pusat dilakukan segera, sehingga darah yang masuk kesirkulasi darah bayi tidak terluka besar untuk mengurangi terjadinya perdaraha.
h.     Bayi diserahkan kepada pembantu bidan untuk dirawat sebagaimana mestinya.
i.       Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan:
  •   Katerisasi kandung kemih.
3.     Kala II (dua)
Setelah kala II, kontarksi rahim berhenti antara 5 sampai 10 menit.
Pimpinan pada kala pelepasan plasenta.
1.     Pengawasan perdarahan
Setelah bayi lahir, perdarahan abnormal perlu dapat diperhatikan. Perdarahan yang banyak merupakan indikasi untuk segera melahirkan plasenta secara manual.

2.     Tanda-tanda pelepasan plasenta
a.     Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri.
b.     Tali pusat memanjang.
c.      Semburan darah mendadak dan singkat.
3.     Pemeriksaan plasenta dan selaputnya
Setelah plasenta bersama selaputnya lahir, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan yang cermat terhadap.
a.     Katiledon yang berjumlah 20.
b.     Permukaan plasenta janin.
4.     Tertinggalnya sebagian jaringan yang bekepanjangan
a.     Perdarahan puerpireum yang berkepenjangan.
b.     Bahaya infeksi.
c.      Terjadinya poup plasenta.
4.     Kala IV (empat)
Pimpinan kala IV terutama observasi ketat, karena bahaya perdarahan primer post partum terjadi pada 2 jam pertama. Dengan demikian sebaiknya, jangan meninggalkan pasien seorang diri apalagi tempatnya berjauhan, sehingga perdarahan dapat diketahui.
Observasi yang dilakukan:
a.     Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan tugasnya melahirkan bayi telah selesai.
b.     Pemeriksaan yang dilakukan
  • Tekanan darah, pernafasan dan suhu
  • Kontraksi rahim yang keras
  • Perdarahan yang mungkin terjadi perlukan pada serviks
  • Kandung kemih dikosongkan karena dapat mengganggu kontraksi rahim
c.      Bayi yang telah dibersihkan diletakkan disamping ibu, agar dapat memulai pemberian ASI.
Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemeriksaan setiap jam.

Klik dibawah untuk Download file

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar